Thursday 17 December 2015

Pengertian Produktivitas Kerja Secara Umum

Pengertian produktivitas kerja - Teman, pada kesempatan kali ini Pengertian.Org akan memberikan informasi mengenai Pengertian Produktivitas Kerja secara umum. Apa sih pengertian produktivitas kerja ? bagaimana cara meningkatkan produktivitas kerja ? apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja ? dan masih banyak lagi implikasi mengenai produktivitas kerja disini. Tidak usah panjang lebar yaa.. langsung saja yuuk simak artikelnya, check this out guys !!


pengertian produktivitas kerja secara umum


A.    PENGERTIAN PRODUKTIVITAS KERJA


Produktivitas sering pula dikaitkan dengan cara dan sistem yang efisien, sehingga proses produksi berlangsung tepat waktu dan dengan demikian tidak diperlukan kerja lembur dengan segala implikasinya, terutama implikasi biaya. Dan kiranya jelas bahwa yang merupakan hal yang logis dan tepat apabila peningkatan produktivitas dijadikan salah satu sasaran jangka panjang perusahaan dalam langka pelaksanaan strateginya. Produktivitas berasal dari kata “produktiv” artinya sesuatu yang mengandung potensi untuk digali, sehingga produktivitas dapatlah dikatakan sesuatu proses kegitan yang terstruktur guna menggali potensi yang ada dalam sebuah komoditi/objek.
Filosofi produktivitas sebenarnya dapat mengandung arti keinginan dan usaha dari setiap manusia (individu atau kelompok) untuk selalu meningkatkan mutu kehidupannya dan penghidupannya. Secara umum produktivitas diartikan atau dirumuskan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan pemasukan (input), sedangkan menurut Ambar Teguh Sulistiani dan Rosidah mengemukakan bahwa produktivitas adalah “Menyangkut masalah hasil akhir, yakni seberapa besar hasil akhir yang diperoleh didalam proses produksi, dalam hal ini adalah efisiensi dan efektivitas”. Sedangkan  menurut  Malayu S.P Hasibuan  produktivitas adalah : “Perbandingan antara output (hasil) dengan input (masukan). Jika produktivitas naik ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efesiensi (waktu,bahan,tenaga) dan sistem kerja, teknik produksi dan adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya”.
Dari beberapa pendapat tersebut diatas sebenernya produktivitas memiliki dua dimensi,
  • Pertama, efektivitas yang mengarah kepada pencapaian untuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan berkualitas, kuantitas, dan waktu.
  • Kedua, yaitu efesiensi yang berkaitan dengan upaya membandingakan input dengan realisasi penggunaanya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.

Efesiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan input direncanakan dengan input sebenarnya. Apabila ternyata input yang sebenarnya digunakan semakin besar penghematannya, maka tingkat efesiensi semakin tinggi. Sedangkan efektivitas merupakan ukuran yang memberikan gambaran suatu target yang dicapai. Apabila kedua tersebut dikaitkan satu dengan yang lainnya, maka terjadinya peningkatan efektivitas tidak akan selalu menjamin meningkatnya efesiensi.

B.    PENGUKURAN PRODUKTIVITAS KERJA


Pengukuran produktivitas merupakan suatu alat manajemen yang penting disemua tingkatan ekonomi. Dibeberapa  Negara maupun perusahaan pada akhir-akhir ini telah terjadi kenaikan minat pada pengukuran produktivitas. Karena itu sudah saatnya kita membicarakan alasan mengapa kita harus mengukur produktivitas.

1.    Mengapa Mengukur Produktivitas ?

Pada tingkat sektoral dan nasional, produktivitas menunjukkan kegunaannya dalam membantu evaluasi penampilan, perencanaan, kebijakan  pendapatan, upah dan  harga melalui identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan, membandingkan sektor-sektor ekonomi yang berbeda untuk menentukan prioritas kebijakan bantuan, menentukan tingkat pertumbuhan suatu sektor atau ekonomi, mengetahui pengaruh perdagangan internasional terhadap perkembangan ekonomi dan seterusnya.

Pada tingkat perusahaan, pengukuran produktivitas terutama digunakan sebagai sarana manajemen untuk menganalisa dan  mendorong efisiensi produksi.
  • Pertama, dengan pemberitahuan awal, instalasi dan pelaksanaan suatu sistem pengukuran, akan meninggikan kesadaran pegawai dan minatnya pada tingkat dan rangkaian produktivitas.
  • Kedua, diskusi tentang gambaran-gambaran yang berasal dari metode-metode yang relatif kasar ataupun dari data yang kurang memenuhi syarat sekalipun, ternyata memberi dasar bagi penganalisaan proses yang konstruktif atas produktif.

Manfaat lain yang diperoleh dari pengukuran produktivitas mungkin terlihat pada penempatan perusahaan yang tetap seperti dalam menentukan target/sasaran tujuan  yang nyata dan pertukaran informasi antara tenaga kerja dan manajemen secara periodik terhadap masalah-masalah yang saling berkaitan. Pengamatan atas perubahan-perubahan dari gambaran data yang diperoleh sering nilai diagnostik yang menunjuk pada kemacetan dan rintangan dalam meningkatkan penampilan oraganisasi. Satu keuntungan dari pengukuran produktivitas adalah pembayaran staf. Gambaran data melengkapi suatu dasar bagi andil manfaat atas penampilan yang ditingkatkan.
2.    Metode-Metode Pokok Pengukuran Produktivitas

Secara umum pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat dibedakan dalam tiga jenis yang sangat berbeda:

  1. Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini memuaskan, namun hanya mengetengahkan apakah meningkat atau berkurang serta tingkatannya.
  2. Perbandingan pelakasanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses) dengan lainnya. Pengukuran seperti itu menunjukkan pencapaian relatif.
  3. Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang terbaik sebagai memusatkan perhatian pada sasaran/tujuan.

Untuk menyusun perbandingan-perbandingan ini perlulah mempertimbangkan tingkatan daftar susunan dan perbandingan pengukuran produktivitas.

Paling sedikit ada 2 jenis tingkat perbandingan yang berbeda, yakni produktivitas total dan produktivitas parsial.

a.    Produktivitas Total adalah perbandingan antara total keluaran (output) dengan total masukan (input) persatuan waktu. Dalam penghitungan produktivitas total, semua faktor masukan (tenaga kerja, kapital, bahan, energi) tehadap total keluaran harus diperhitungkan.

                                                                        Hasil Total
                            Prouktivitas Parsial = 
                                                                     Masukan Total
                            
b.    Produktivitas parsial adalah  perbandingan dari keluaran dengan satu jenis masukan atau input persatuan waktu, seperti upah tenaga kerja, kapital, bahan, energi, beban kerja, dll.  

                                                                       Hasil parsial
                            Prouktivitas Parsial =
                                                                     Masukan Total


Pengukuran produktivitas kerja sebagai sarana untuk menganalisa dan mendorong efisiensi produksi. Manfaat lain adalah untuk menentukan target dan kegunaan, praktisnya sebagai standar dalam pembayaran upah karyawan. Untuk mengukur suatu produktivitas dapat digunakan dua jenis ukuran jam kerja manusia yakni jam-jam kerja yang harus dibayar dan jam–jam kerja yang harus dipergunakan untuk bekerja.

Ada dua macam alat pengukuran produktivitas, yaitu :
  1. Physical productivity, yaitu produktivitas secara kuantitatif seperti ukuran (size),panjang, berat, banyaknya unit, waktu, dan biaya tenaga kerja.
  2. Value productivity, yaitu ukuran produktivitas dengan menggunakan nilai uang  yang dinyatakan dalam rupiah, yen, dollar dan seterusnya.

C.    CARA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS

Menurut Hanafi, terdapat beberapa cara yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas yaitu:
  1. Meningkatkan operasional: dapat dilakukan dengan meningkatkan riset dan pengembangan, sehingga organisasi dapat menghasilkan ide produk baru maupun metode - metode operasi yang lebih baik;
  2. Meningkatkan keterlibatan karyawan, dapat meningkatkan komitmen dan semangat kerja. Keterlibatan  juga  menjadi dasar pengendalian kualitas kerja dari karyawan.

Balai pengembangan produktivitas daerah, mengatakan  ada enam faktor utama yang menentukan produktivitas tenaga kerja, yaitu:

  • Sikap kerja
  • Tingkat ketrampilan
  • Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan
  • Manajemen produktivitas
  • Efisiensi tenaga kerja
  • Kewiraswastaan


D.    CIRI-CIRI PEGAWAI YANG PRODUKTIF


Timpe (1989) juga mengemukakan ciri-ciri seorang pegawai yang produktif yaitu:

Pertama, lebih dari memenuhi kualifikasi pekerjaan, artinya produktivitas tinggi tidak mungkin tercapai jika kualifikasi pegawai rendah. Pengamatan yang khas adalah:
  1. cerdas dan dapat belajar dengan cepat;
  2. kompeten secara profesional atau teknis;
  3. kreatif dan inovatif,
  4. memahami pekerjaaan;
  5. bekerja dengan “cerdik”, menggunakan logika, mengorganisasi pekerjaan dengan efisien, selalu memperhatikan kinerja rancangan, mutu, kehandalan, pemeliharaan, kemananan, pembiayaan, dan penjadwalan;
  6. selalu mencari perbaikan tetapi tahu kapan harus berhenti;
  7. dianggap bernilai oleh atasannya;
  8. mempunyai catatan prestasi yang berhasil; dan
  9. selalu meningkatkan diri.

Kedua, bermotivasi tinggi, yang dalam hal ini pengamatan yang khas adalah:
  1. dapat memotivasi diri sendiri;
  2. tekun;
  3. mempuanyai kemauan keras untuk bekerja;
  4. bekerja efektif dengan atau tanpa atasan;
  5. melihat hal-hal yang harus dikerjakan dan mengambil tindakan yang perlu,
  6. menyukai tantangan,
  7. selalu ingin bertanya;
  8. memperagakan ketidakpuasan yang konstruktif dan selalu memikirkan perbaikan;
  9. berorientasi pada sasaran atau pencapaian hasil;
  10. selalu tepat waktu;
  11. merasa puas jika telah mengerjakan dengan baik;
  12. memberikan andil lebih dari yang diharapkan; dan
  13. percaya bahwa kerja wajar sehari perlu dimbangi dengan gaji wajar untuk sehari.

Ketiga, mempunyai orientasi pekerjaan yang positif. Hal ini dapat diamati dari:
  1. menyukai pekerjaannya dan membanggakannya;
  2. menetapkan standar yang tinggi;
  3. mempunyai kebiasaan kerja yang baik;
  4. selalu terlihat dalam pekerjaannya;
  5. cermat, dapat dipercaya, dan konsisten;
  6. menghormati manajemen dan tujuannya;
  7. mempunyai hubungan baik dengan manajemen;
  8. dapat menerima pengarahan; dan
  9. luwes dan dapat menyesuaikan diri.

Keempat, dewasa. Dalam hal ini pegawai yang dewasa memperlihatkan kinerja yang konsisten. Kedewasaan pegawai dapat diamati melalui:
  1. integritas tinggi;
  2. mempunyai rasa tanggung jawab yang kuat;
  3. mengetahui kelemahan atau kekuatan sendiri;
  4. mandiri, percaya diri, dan disiplin diri;
  5. pantas memperoleh harga diri;
  6. mantap secara emosional dan percaya diri,
  7. dapat bekerja efektif di bawah tekanan;
  8. dapat belajar dari pengalaman; dan
  9. mempunyai ambisi yang kuat.

Kelima, dapat bergaul dengan efektif.  Pengamatannya yang khas adalah:
  1. memperagakan kecerdasan sosial;
  2. pribadi yang menyenangkan;
  3. berkomunikasi dengan efektif (jelas dan cermat, terbuka terhadap saran dan pendengar yang baik);
  4. bekerja produktif dalam rangka upaya tim; dan
  5. memperagakan sikap positif dan antusiaisme.

Suatu tinjauan pada studi produktivitas menunjukkan bahwa kecakapan manajemen yang bertanggung jawab adalah satu faktor terpenting dalam mencapai produktivitas tinggi pada organisasi yang berdasarkan teknologi (Timpe, 1989).  Sejak tahun 1973, Hughes Aircraft Company, sebuah perusahaan elektronik berteknologi tinggi dengan 77.000 pekerja, telah melakukan studi ekstensif dengan tujuan mengoptimisasikan produktivitas dalam perusahaan yang berteknologi tinggi dan menyimpulkan bahwa faktor-faktor dasar yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas secara keseluruhan harus dilengkapi dengan faktor-faktor yang digunakan untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi.

Timpe (1989) meninjau ratusan penemuan studi dan wawasan dari ribuan manajer yang berpartisipasi dalam suatu seminar tentang produktivitas, mengemukakan tujuh kunci untuk mencapai produktivitas yang tinggi yaitu:
(1) keahlian, manajemen yang bertanggung jawab;
(2) kepemimpinan yang luar biasa;
(3) kesederhanaan organisasional dan operasional;
(4) kepegawaian yang efektif;
(5) tugas yang menantang;
(6) perencanaan dan pengendalian tujuan; dan 
(7) pelatihan manajerial khusus.


E.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS KERJA


Banyak faktor yang dapat mempengruhi tinggi rendahnya produktivitas kerja. Soedirman (1986) dan tarwaka (1991) merinci faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja secara umum.

1.    Motivasi

Motivasi merupakan keuatan atau motor pendorong kegiatan seseorang kearah tujuan tertentu dan melibatkan segala kemampuan yang didmiliki untuk mencapainya.

Karyawan didalam proses produksi adalah sebagai manusia (individu) sudah barang tentu memiliki identifikasi tersendiri antara lain sebagai berikut:
o    Tabiat/watak
o    Siakap laku/penampilan
o    Kebutuhan
o    Keinginan
o    Cita-cita/kepentingan-kepentingan lainnya
o    Kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk oleh keadaan aslinya
o    Keadaan lingkungan dan pengalaman karyawan itu sendiri

Karena setiap karyawan memiliki identifikasi yang berlainan sebagai akibat dari latar belakang pendidikan, pengalaman dan lingkungan masyarakat yang beranekan ragam, maka ini akan terbawa juga dalam hubungan kerjanya sehingga akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku karyawan tersebut dalam melaksanakan pekerjaannya.
Demikian pula pengusaha juga mempunyai latar belakang budaya dan pandangan falsafah serta pengalaman dalam menjalankan perusahaan yang berlain-lainan sehingga berpengaruh di dalam melaksanakan pola hubungan kerja dengan karyawan.

Pada hakikatnya motivasi karyawan dan pengusaha berbeda karena adanya perbedaan kepantingan maka perlu diciptakan motivasi yang searah untuk mencpai tujuan bersama dalam rangka kelangsungan usaha dan ketenaga kerjaan, sehingga apa yang menajdi kehendak dan cita-cita kedua belah pihak dapat diwujudkan.

Dengan demikian karyawan akan mengetahui fungsi, peranan dana tanggung jawab dilingkungan kerjanya dan dilain pihak pengusaha perlu menumbuhkan iklim kerja yang sehat dimana hak dan kewajiban karyawan diatur sedemikian rupa selaras dengan fungsi, peranan dan tanggung jawab karyawan sehingga dapat mendorong motivasi kerja kearah partisipasi karyawan terhadap perusahaan.

Iklim kerja yang sehat dapat mendorong sikap keterbukaan baik dari pihak karyawan maupun dari pihak pengusaha sehingga mampu menumbuhkan motivasi kerja yang searah antara karyawan dan pengusaha dalam rangka menciptakan ketentraman kerja dan kelangsungan usaha kearah peningkatan produksi dan prosuktivitas kerja.

a.    Faktor-faktor Motivasi Kerja

Untuk mendapatkan motivasi kerja yang dibutuhkan suatu landasan yaitu terdaptnya suatu motivator. Dan hal ini merupakan hasil suatu pemikiran dan kebijaksanaan yang tertuang dalam perencanaan dan program yang terpadu dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi sesuai dengan keadaan eksteren dan interen.

Adapun yang dibutuhkan oleh motivator adalah sebagai berikut:
•    Pencapain penyelesaian tugas yang berhasil berdasarkan tujuan dan sasaran.
•    Penghargaan terhadap pencapaian tugas dan sasaran yang telah ditetapkan.
•    Sifat dan ruang lingkup pekerjaan itu sendiri (pekerjaan yang menarik dan memberi  harapan ).
•    Adanya peningkatan (kemajuan).
•    Adanya tanggung jawab.
•    Adanya administrasi dan manajemen serta kebijaksanaan pemerintah.
•    Supervisi.
•    Hubungan antara perseorangan.
•    Kondisi kerja
•    Gaji
•    Status
•    Keselamatan dan Kesehatan kerja.

b.    Usaha-usaha Peningkatan Motivasi Kerja

Untuk pencapaian tujuan diatas, maka perlu adanya pembinaan sikap laku yang meliputi seluruh pelaku produksi. Pemerintah, pengusaha/organisasi pengusaha, karyawan/organisasi karyawan dengan cara sebagai berikut:

  1. ) Intern Perusahaan
    a.    Penjabaran dan penanaman pengertian serta tumbuhnya sikap laku dan pengamalan konsep Tri Dharma.
    • Rumongso handarbeni (saling ikut memiliki).
    • Melu Hangrungkebi (ikut serta memelihara, mempertahankan dan melestarikan).
    • Mulat seriro hangroso wani (terus menerus mawasdiri).

    b.    Secara fisik, maka sarana-sarana motivatif yang langsung berkaitan dengan kerja dan tenaga kerja diusahakan peningkatan menurut kemampuan dan situasi-situasi perusahaan
  2. ) Ekstern perusahaan
    Penanaman kesadaran bermasyarakat dan kesadaran bernegara antara lain melalui penataran P4.

2.    Kedisplinan

Disiplin merupakan sikap mental yang tecermin dalam perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang berlaku. Disiplin dapat pula diartikan sebagai pengendalian diri agar tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan falsafah dan moral Pancasila

Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa disiplin mengacu pada pola tingkah laku dengan ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah menjadi norma, etik, dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat.
  2. Adanya prilaku yang dikendalikan.
  3. adanya ketaatan (obedience)
Dari ciri-ciri pola tingkah laku pribadi disiplin, jelaslah bahwa disiplin membutuhkan pengorbanan, baik itu perasaan, waktu, kenikmatan dan lain-lain. Disiplin bukanlah tujuan, melainkan sarana yang ikut memainkan peranan dalam pencapaian tujuan.

Manusia sukses adalah manusia yang mampu mengatur, mengendalikan diri yang menyangkut pengaturan cara hidup dan mengatur cara kerja. Maka erat hubungannya antara manusia sukses dengan pribadi disiplin. Mengingat eratnya hubungan disiplin dengan produktivitas maka disiplin mempunyai peran sentral dalam membentuk pola kerja dan etos kerja produktif.

Disiplin mempunyai pengertian yang berbeda-beda dan dari berbagai pengertian itu dapat kita sarikan beberapa hal sebagai berikut:

  • Kata  disiplin (terminologis) berasal dari kata latin: disciplina yang berarti pengajaran, latihan dan sebagainya (berawal dari kata discipulus yaitu sorang yang belajar). Jadi secara etimologis ada hubungan pengertian antara discipline dengan disciple (Inggris) yang berarti murid, pengikut yang setia, ajaran atau aliran.
  • Latihan yang mengembangkan pengedalian diri, watak atau ketertiban dan efisiensi.
  • Kepatuhan atau ketaatan (obedience) terhadap ketentuan dan peraturan pemerintah atau etik, norma dan kaidah yang berlaku dala masyarakat.
  • Penghukuman (punishment) yang dilakukan melalui koreksi dan latihan untuk mencapai prilaku yang dikendalikan (controlled behaviour).

Dengan rumusan-rumusan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa, disiplin adalah sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan (obedience) terhadap peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan baik oleh pemerintah atau etik, norma dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat untu tujuan tertentu.

Disiplin dapat pula diartikan pengendalian diri agar tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan falsafah dan moral Pancasila. Disiplin nasional adalah suatu kondisi yang merupakan perwujudan sikap mental dan perilaku suatu bangsa ditinjau dari aspek kepatuhan dan ketaatan terhadap ketentuan, peraturan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3.    Etos Kerja.

Etos kerja merupakan salah satu faktor penentu produktivitas, karena etos kerja merupakan pandangan untuk menilai sejauh mana kita melakukan suatu pekerjaan dan terus berupaya untuk mencapai hasil yang terbaik dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan.

Usaha untuk mengembangkan etos kerja yang produktif pada dasarnya mengarah pada peningkatan produktivitas yang bykan saja produktivitas individu melainkan juga produktivitas masyarakat secara keseluruhan. Untuk itu dapat ditempuh berbagai langkah seperti:

  1. Peningkatan produktivitas melalui penumbuhan etos kerja, dapat dilakukan lewat pendidikan yang terarah. Pendidikan harus mengarah kepada pembentukan sikap mental pembangunan, sikap atau watak positif sebagai manusia pemabangunan bercirikan inisiatif, kreatif, berani mengambil resiko, sistematis dan skeptis.
  2. Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan serta sekaligus dapat meningkatkan kreativitas, produktivitas, kualitas dan efisiensi kerja. Berbagai pendidikan kejuruan dan politeknik perlu diperluas dan ditingkatkan mutunya.
  3. Dalam melanjutkan dan meningkatkan pembangunan sebaiknya nilai budaya Indonesia terus dikembangkan dan dibina guna mempertebal rasa harga diri dan kebangsaan dan memperkokoh kesatuan.
  4. Disiplin nasional harus terus dibina dan dikembangkan untuk memperoleh rasa sikap mental manusia yang produtif .
  5. Menggalakkan partisipasi masyarakat, maningkatkan dan mendorong agar terjadi perubahan dalam masyarakat tentang tingkah laku, sikap serta psikologi masyarakat.
  6. Menumbuhkan motivasi kerja, dari sudut pandang pekerja, kerja berarti pengorbanan, baik untuk pengorbanan waktu senggang dan  kenikmatan hidup lainnya, sementara itu upah merupakan ganti rugi dari segala pengorbanannya itu.

Usaha-usaha diatas harus terus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan untuk mendapatkan hasil seperti yang diharapkan langkah ini perlu direalisasikan apabila tujuan-tujuan yang diahrapkan untuk membentuk sikap mental dan etos kerja yang produktif sebagai faktor dominan masyarakat pembangunan dalam menuju tahap tinggal landas.

4.    Keterampilan.

Faktor keterampilan baik keterampilan teknis maupun manajerial sangat menentukan tingkat pencapaian produktivitas. Dengan demikian setiap individu selalu dituntut untuk terampil dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) teruatama dalam perubahan teknologi mutakhir.

Seseorang dinyatakan terampil dan produktif apabila yang bersangkutan dalam satuan waktu tertentu dapat menyelesaikan sejumlah hasil tertentu. Dengan demikian menjadi faktor penentu suatu keberhasilan dan produktivitas, karena dari waktu itulah dapat dimunculkan kecepatan dan percepatan yang akan sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kehidupan termasuk kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

Haruslah disadari sedalam-dalamnya bahwa era tinggal landas hanya dapat kita wujudkan bila kita benar-benar memiliki konspe waktu yang tepat serta mampu menguasai dan memanfaatkan waktu, dan dengan demikian dapat meningkatkan produktivitas, sebagai perwujudan dari eksistensi bangsa yang maju dan modern.

5.    Pendidikan.

Tingkat pendidikan harus selalu dikembangkan baik melalui jalur pendidikan formal maupun informal. Karena setiap penggunaan teknologi hanya akan dapat kita kuasai dengan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang handal.

Disamping faktor tersebut diatas, manuaba (1992) mengemukakan bahwa faktor alat, cara dan lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap produktivitas yang tinggi, maka faktor tersebut harus betul-betul serasi terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia pekerja.

Dalam pendidikan maka kita mengenal tiga faktor yang memberikan dasar penting untuk pengembangan disiplin ialah sebagai berikut:
  1. Pendidikan umum dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
  2. Pendidikan politik guna membudayakan kehidupan berdasarkan konstitusi, dwmokrasi pancasila dan hukum kesadaran hukum kunci penting untuk menegakkan disiplin.
  3. Pendidikan Agama yang menuju kepada pengendalian diri (self control) yang merupakan hakikat disiplin, nilai agama tidak boleh dipisahkan dari setiap aktivitas manusia peranan nilai-nilai keagamaan itu juga dijadikan bagian penting dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, mengamalkan nilai kebenaran agama yang diarahkan membina disiplin nasional itu wajib, sebagaimana manusia Indonesia mengamalkan Pancasila.

Faktor pendukung lainnya, Yaitu :
a.    Tingkat penghasilan
b.    Jaminan sosial
c.    Tingkat sosial dan iklim kerja
d.    Gizi dan kesehatan
e.    Hubungan individu
f.    Teknologi
g.    Produksi

F.    METODE  PENILAIAN KINERJA KERJA

Metode –metode penilaian berorientasi masa lalu :
  1. Rating scale : penilaian prestasi kerja dg menggunakan skala tertentu dari rendah    sampai tinggi . Ex : kualitas hasil kerja : nilai sangat baik, baik, sedang , jelek , sangat jelek.
  2. Checklist : penilaian tinggal memilih kalimat-kalimat dan karakteristik-karakteristik karyawan. Ex : karyawan merawat peralatan dengan baik.
  3. Metode peristiwa kritis : metode penilaian yang mendasarkan pada catatan-catatan penilaian yang menggambarkan perilaku karyawan yang baik atau sangat jelek dalam kaitanya dengan pelaksanaan pekerjaan.
  4. Metode peninjauan lapangan

Metode penilaian berorientasi masa depan :
  1. Penilaian diri : digunakan untuk melanjutkan pengembangan diri
  2. Penilaian psikologis: dilakukan melalui wawancara mendalam, tes-tes psikologi, diskusi dg atasan langsun, evaluasi-evaluasi diri
  3. Pendekatan Manajement by objectives (MBO): secara bersama menetapkan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran pelaksanaan kerja diwaktu yang akan datang.

Kegunaan penilaian kinerja kerja adalah Perbaikan prestasi kerja, Penyesuaian-penyesuaian kompensasi, Keputusan-keputusan penempatan, Kebutuhan-kebutuhan pelatihan & pengembangan, Perencanaan & pengembangan karier, Ketidakakuratan informasional, Kesalahan-kesalahan desain pekerjaan, Kesempatan kerja yg adil, Tantangan-tantangan eksternal.

 Baca juga : Pengertian Saham Secara Umum, Pengertian Teknologi Secara Umum

Mungkin hanya itu artikel tentang Pengertian Produktivitas kerja yang bisa Pengertian.Org  berikan. Semoga artikel ini bermanfaat dan bisa membantu sebagai referensi tugas temen-temen. Terimakasih sudah berkunjung. Lihat pengertian lainnya di Pengertian.Org